BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hipertensi meyajikan satu problem
unik dalam terapi. Hipertensi lazimnya merupakan penyakit seumur hidup penyebab
beragam gejala sehingga mencapai tahap lanjut. Untuk mendapatkan pengobatan
efektif, harus digunakan setiap hari obat yang mungkin mahal dan sering
menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, para dokter harus menetapkan dengan
pasti bahwa hipertensi adalah menetap, memerlukan pengobatan dan harus
mengeluarkan penyebab hipertensi sekunder yang dapat dirawat dengan prosedur
pembedahan definitif.
Hipertensi menetap, terutama
pada orang-orang dengan peningkatan tekanan darah ringan, harus ditetapkan
dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada paling sedikit pada tiga kali
kunjungan yang berbeda. Pemantauan tekanan darah pada pasien rawat jalan diduga
merupakan predictor terbaik terhadap terjadinya risiko dan, oleh karenanya,
dibutuhkan untuk terapi pada hipertensi ringan.
Sekali ditetapkan hipertensi,
pertanyaan apakah diperlukan pengobatan atau tidak dan obat mana yang digunakan
haruslah dipertimbangkan. Tingkat tekanan darah, umur dan jenis kelamin pasien,
tingkat keparahan kerusakan organ (jika ada) karena tekanan darah yang tinggi
dan kemungkinan adanya faktor-faktor risiko kardiovaskular, semua harus dipertimbangkan.
Sekali keputusan diambil untuk
melakukan pengobatan, regimen terapeutik harus dikembangkan dan pasien
diberitahu tentang sifat-sifat alami hipertensi dan pentingnya pengobatan.
Pemilihan obat didasarkan pada tingkat tekanan darah, kerusakan organ dan
tingkat keparahannya serta adanya penyakit-penyakit lain. Tekanan darah tinggi
parah dengan komplikasi yang mengancam hidup membutuhkan pengobatan lebih cepat
dengan obat yang lebih kuat. Sebagian besar pasien dengan hipertensi esensial
telah menderita tekanan darah tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
dan terapi paling baik dilakukan secara bertahap.
Kesuksesan pengobatan hipertensi
menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet dan penggunaan obat yang dianjurkan.
Pendidikan mengenai sifat alami hipertensi dan pentingnya perawatan serta
pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat perlu diberikan.
Kunjungan tindak lanut (follow-up) harus cukup sering untuk meyakinkan
pasien bahwa dokter berfikir penyakit hipertensi adalah penyakit serius.
Pada setiap kunjungan tindak lanjut,
harus ditekankan tentang pentingnya pengobatan dan pertanyaan terutama mengenai
dosis dan efek samping obat harus ditanamkan. Faktor-faktor lain yang dapat
meningkatkan kepatuhan pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan
juga meminata pasien untuk memantau tekanan darahnya di rumah.
B.
Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui apa itu hipertensi dan golongan obat diuretik
2. Untuk
mengetahui tentang efek samping obat diuretic
3. Untuk
mengetahui tentang obat diuretic pada hipertensi
4. Untuk
mengetahui factor resiko hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor
Resiko Hipertensi
Hipertensi
didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas
normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau sistolik 140 mmHg. Sekitar
90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Awitan
hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20 dan 50 tahun. Hipertensi
benigna bersifat progresif lambat, sedangkan hipertensi maligna adalah suatu
keadaan klinis dalam penyakit hipertensi yang bertambah berat dengan cepat
sehingga dapat menyebabkan kerusakan berat pada berbagai organ (elokdyah,
2007).
1. Kerusakan organ target
a. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung.
b. Otak ; stroke
c. Penyakit ginjal kronik
d. Penyakit artei perifer
e. Retinopati
3. Faktor Resiko
a. Diet dan asupan garam
b. Stres
c. Ras
d. Obesitas
e. Merokok
f. Genetik
g. Sistem saraf simpatis
h. Keseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi
i. Pengaruh sitem RAA
4. Patogenesis Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor. Diantaranya ;
a. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan peningkatan volume cairan meyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah meningkat.
b. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan penurunan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
c. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin agiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renis angiotensin yang berlebih mengakibatkan kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.
d. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membaran sel sehinggaa terjadi kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah.
e. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas terjadi hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah
f. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Elokdyah, 2007).
5. Terapi non farmakologis
a. Menghentikan merokok
b. Menurunkan komsumsi alkohol berlebih
c. Latihan fisik
d. Menurunkan asupan garam
e. Meningkatkan komsumsi buah dan sayur
f. Menurunkan aspek lemak (Elokdyah, 2007)
1. Kerusakan organ target
a. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina pektoris, gagal jantung.
b. Otak ; stroke
c. Penyakit ginjal kronik
d. Penyakit artei perifer
e. Retinopati
3. Faktor Resiko
a. Diet dan asupan garam
b. Stres
c. Ras
d. Obesitas
e. Merokok
f. Genetik
g. Sistem saraf simpatis
h. Keseimbangan antara modulator vasokontriksi dan vasodilatasi
i. Pengaruh sitem RAA
4. Patogenesis Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit dengan penyebab yang multifaktor. Diantaranya ;
a. Asupan garam berlebih dapat menyebabkan peningkatan volume cairan. Sedangkan peningkatan volume cairan meyebabkan peningkatan preload yang berakibat tekanan darah meningkat.
b. Jumlah nefron yang berkurang dapat menyebabkan retensi natrium ginjal dan penurunan permukaan filtrasi. Apabila terjadi retensi urin pada ginjal volume cairan akan meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
c. Stres akan berakibat pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin agiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renin angiotensin yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Produksi renis angiotensin yang berlebih mengakibatkan kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural sehingga tekanan darah dapat meningkat.
d. Perubahan genetis dapat menyebabkan perubahan pada membaran sel sehinggaa terjadi kontriksi fungsionil dan hipertrofi struktural, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah.
e. Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah karena obesitas terjadi hiperinsulinemis yang dapat menyebabkan hipertrofi struktural. Akibat adanya hipertrofi struktural, maka terjadilah peningkatan tekanan darah
f. Bahan-bahan yang berasal dari endotel juga dapat menyebabkan konstriksi fungsionil dan hipertrofi struktural yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Elokdyah, 2007).
5. Terapi non farmakologis
a. Menghentikan merokok
b. Menurunkan komsumsi alkohol berlebih
c. Latihan fisik
d. Menurunkan asupan garam
e. Meningkatkan komsumsi buah dan sayur
f. Menurunkan aspek lemak (Elokdyah, 2007)
B.
Golongan
Diuretik
Golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air
kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
1. Diuretik osmotic
Diuretik
osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termasuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termasuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis dinaikkan
Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
C.
Obat Diuretik Pada Hipertensi
Diuretik
menurunkan tekanan darah dengan cara mendeplesikan simpanan natrium dalam tubuh .Awalnya diuretik
menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah
jantung,tahanan vaskuler periver. Penurunan tekanana darah dapat terlihat
dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan terjadinya penurunan volume
plasma dan stroke volum yang akan menurunkan curah jantungdan ahirnya
menurunkan tekanan darah.
OBAT-OBAT PILIHAN
1.Golongan TIAZID
a. Bendroflazid/bendroflumetazid (Corzid)
indikasi : edema,hipertensi
kontraindikasi : hipokalemia yang refraktur,hiponatremia,hiperkalsemia,gangguan ginjal dan hati yang kronis serta penyakit edison.
bentuk : Tablet
dosis : 5-10 mg/hari atau berselang sehari pada pagi hari......untuk pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu.....Hipertensi 2,5 mg tiap pagi.
OBAT-OBAT PILIHAN
1.Golongan TIAZID
a. Bendroflazid/bendroflumetazid (Corzid)
indikasi : edema,hipertensi
kontraindikasi : hipokalemia yang refraktur,hiponatremia,hiperkalsemia,gangguan ginjal dan hati yang kronis serta penyakit edison.
bentuk : Tablet
dosis : 5-10 mg/hari atau berselang sehari pada pagi hari......untuk pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu.....Hipertensi 2,5 mg tiap pagi.
D.
Dosis Pemberian Obat
1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )
Indikasi: edema, hipertensi
Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, ,
gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit
adison.
Bentuk sediaan obat: tablet
Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada
pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada
pagi hari
Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan;
impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia,
hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai,
hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit,
fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila
diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan
reaksi hipersensitivitas.
Peringatan : dapat menyebabkan
hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema
lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal
yang berat;porfiria.
2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®,
Tenoretic® )
Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus
Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg
selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika
perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat: tablet
3.
hidroklorotiazid
Indikasi: edema, hipertensi
Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid
Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan
jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg
sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika perlu ditingkatkan sampai 25
mg pada pagi hari
E.
Efek
Samping Diuretik
Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:
1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium (Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang hemat kalium suadah mencukupi. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko kematian mendadak (sudden heart death).
2. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.
5. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretikaa lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
6. Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.
Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:
1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida, mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium (Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang hemat kalium suadah mencukupi. Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko kematian mendadak (sudden heart death).
2. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar kolesterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.
5. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretikaa lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
6. Lain-lain
Gangguan lambung usus (mual, muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala, pusing dan jarang reaksi alergis kulit. Ototoksisitas dapat terjadi pada penggunaan furosemida/bumetamida dalam dosis tinggi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat
disimpulkan bahwa Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang menetap di atas batas normal yang disepakati, yaitu diastolik 90 mmHg atau
sistolik 140 mmHg.
Hipertensi
dapat diatasi dengan penggunaan golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan
produksi air kencing, digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah
tinggi.
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau pada penderita kolesterol.
Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
B.
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan
pembaca dapat mengetahui penyakit hipertensi dan golongan obat yang dapat
mencegah hipertensi.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar